Ngomongin: Micromanagement? Apa perlu?

Micro Management di zaman sekarang?

Pandhu Wibowo
4 min readMay 21, 2023

Halo, saya Pandhu. Topik kali ini mengenai Micromanaging terhadap pekerjaan teammates atau rekan kerjanya untuk menyelesaikan goals tertentu.

Sekarang masih banyak ga sih cara kerja yang setiap jam harus di follow up terus? , setiap hari harus dikejar terus? Kata “setiap” Itu melekat pada individu tersebut yang kalau ga dikabarin, nanya mulu, ga boleh stay away dari gadget, bahkan sampe di call berkali-kali. Jujur, semuanya udah saya alamin. Ahahaha

Disclaimer: saya ga akan ngomongin diluar bidang saya sebagai seseorang yang melakukan software development. Saya disini akan memberikan POV saya terkait hal ini. So, semua pasti subjektif, tapi kalau menurut kamu ini bermanfaat silahkan share.

Jadi topik yang saya akan angkat sesuai judul dan juga pembukaan diatas, masih ada ga sih Micromanaging?

Karena saya sekarang sudah pegang team, maka saya akan berikan pandangan saya ketika saya menjadi Individual Contributor maupun sebagai Lead.

Dan dari dua sisi saya akan berikan Pro dan Kontranya Micromanaging ini. Tetep scroll sampai akhir ya. Semoga ada insight yang berbeda untuk kamu.

Micromanaging, merupakan management detil dan dengan frekuensi interaksi yang sering terhadap task tertentu yang harus di selesaikan dengan timeline tertentu yang sudah diberikan.

Biasanya yang paling sering terjadi itu dari Leader ke teamnya. Kalau dari team push ke Leader agak segen yaa ☺. Atau bisa juga yang punya job desc untuk mengatur task satu sama lain berjalan dengan lancar dan tepat waktu, misalnya Project Management Officer.

Faktor faktor yang sering terjadi dilapangan ketika development.

  1. Ada target yang mendesak yang harus segera di selesaikan.
  2. Ada task lain yang berjalan secara sequence, kalau ga diselesaikan yang satunya task tersebut belum bisa dikerjakan, dalam tempo Deadline sudah menghampirinya.
  3. Bosnya mau developmentnya as soon as possible selesai ☺.
  4. Mungkin bisa ditambahin dikomentar kalau ada lagi.

Kenapa Micromanaging? Memang masih perlu ya?

Beberapa sisi akan saya share, diantaranya:

Individual Contributor Belum Menerapkan Agile Development

Ga perlu, karena bisa report kalau kerjaan sudah selesai. Update sesuai dengan kecepatan task diselesaikan. Sesuai tingkat kesulitan. Report sesuai backlog yang sudah di sepakati, akan selalu ada update, kalau ada obstacles biasanya langsung follow up ke Lead, gimana solvenya. Jadi Lead selalu dapat update.

Individual Contributor Sudah Menerapkan Agile Development

Ga perlu, karena sudah ada Daily Standup Meeting, sudah ada Sprint Planning, dan juga Sprint Retrospective or Sprint Review, baik diawal, ditengah jalan, maupun diakhir pasti ada report. So, Lead dan yang lain pasti tau update tersebut.

Lead Team Belum Menerapkan Agile Method ke Team

Perlu, karena untuk tempat kerja kamu yang belum menerapkan agile method, micromanaging dilakukan agar lead dan rekan kerja lainnya yang pasti tau update dari kamu, mengenai task apa yang sedang dikerjakan, task mana yang sudah selesai, ada obstacle atau engga. Kira kira dalam waktu dekat bisa di selesaikan apa engga, butuh lembur atau engga. Kira kira besok bisa di present kalau memang butuh di presentasiin. Wajar karena belum menerapkan agile development. Nanyanya sering dan detail.

Lead Team Sudah Menerapkan Agile Method Ke Team

Perlu, biasanya ada kondisi atau case tertentu yang perlu di follow up terus, diantaranya:

  1. Biasanya yang berkaitan dengan presentasi, ada kebutuhan untuk pitching, nah itu biasanya lead yang harus present, makanya biasanya butuh intense buat menyelesaikan bersama.
  2. New member yang baru join development. Biasanya perlu di assist, biar cepet paham flownya, biar minim error error. Coba bayangin member baru di assign task yang mau release feature? Disitu perlu perhatian lebih. Kondisinya baru join, belum memungkinkan paham seluruh workflownya, makanya lead akan micromanage.
  3. Modulenya kompleks, tipikal lead yang ini tetap mempercayakan ke member biar tetap dikerjakan olehnya, tapi crosschecknya detil. Kenapa seperti itu? Kenapa ga Leadnya aja yang ngerjain? Supaya membernya merasakan develop fitur2 tersebut, feel proudnya muncul, inisiatifnya meningkat dan product ownershipnya juga bertumbuh dan berkembang.
  4. Menghindari burn out. Supaya teamnya ga burn out terhadap tasknya. Biasanya Leadnya ga cape cape mengingatkan setiap waktu untuk tasknya segera diselesaikan dengan cara pairing bersama Leadnya atau rekan timnya.
  5. Atau kondisi kondisi urgent atau bahkan high priority lainnya

Pronya micromanaging apa?

  • Crosscheck sesering mungkin
  • Pekerjaan cepat selesai, pasti.

Kontranya?

  • Dianggap trust issue ke team
  • Terlalu ribet setiap hari di chat, di voice note, bahkan di call
  • Distract ketika fokus menyelesaikan yang diminta
  • Tidak bisa multitasking dengan task lainnya

Nah, kira kira itu POV dari saya mengenai micromanaging. Bila ini bermanfaat silahkan share ke yang lain. Dalam tulisan ini saya hanya memberikan sisi lain dari micromanaging selama saya bekerja.

Terima kasih sudah visit dan reading!

Masih banyak yang akan saya tulis di sesi lainnya.

🍻🥂

Happy coding

Reference

Micro-Managing: Between Management Styles and Environmental Realities

https://www.breathehr.com/en-gb/blog/topic/health-and-wellbeing/8-signs-youre-dealing-with-a-micro-manager-and-how-to-manage-them#:~:text=technology%20can%20help-,What%20is%20micromanagement%3F,some%20point%20in%20their%20careers.

--

--

Pandhu Wibowo

Assalamu’alaikum. I’m Software Engineer | Tech Enthusiast — Support me on beneteen.com | Follow me : https://www.instagram.com/pandhu.wibowo/